Pagi ini di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tepatnya di Fakulttas Sains dan Teknologi diadakan Seminar & Launching Buku Pola Berpikir Sains : Membangkitkan Kembali Tradisi Keilmuan Islam. Buku ini ditulis oleh Dr. U. Maman, Kh, M.Si, yang juga merupakan dosen di fakultas ini dan direktur Pusbangsitek UIN Jakarta.
Animo peserta cukup besar. Hal ini terlihat dari jumlah peserta yang terdaftar mencapai 183 orang, sedangkan kapasitas ruangan hanya mampu menampung 150 orang. Latar belakang peserta pun beragam, ada mahasiswa, akademisi, praktisi, penulis, hingga guru. Subhanallah...ini merupakan bukti bahwa begitu ingin tahunya peserta mengenai bagaimana pola berpikir sains dalam pandangan Islam.
Saat ini anggapan kebanyak orang jika mendengar kata Sains dan Agama, seperti dua hal yang bersebrangan, bahkan tidak memiliki hubungan sama sekali. Padahal di masa keemasan Islam, justru sains sangat menyokong peradaban Islam pada masa itu.
Acara ini dimulai dengan pembacaan ayat Al Quran dan dilanjut dengan sambutan oleh Dr. U. Maman, Kh, M.Si sebagai penulis. Beliau menyebutkan bahwa buku ini merupakan hasil diskusi panjang dengan rekan-rekannya, dan tujuan penulisannya yaitu sebagai desain pendidikan di dalam Islam mengenai Sains. Beliau berharap, desain ini akan diteruskan oleh penulis lainnya seperti 'gayung bersambut'.
Acara dilanjutkan dengan pemutaran video yang menggambarkan bagaimana pemikiran umum kita tentang abad pertengahan yang terkenal dengan sebutan Abad Kegelapan (Dark Ages). Padahal justru pada masa itu merupakan abad keemasan, yaitu zaman keemasan Islam. Banyak penemuan pada masa itu yang menjadi dasar ilmu pengetahuan dan teknologi pada zaman modern. Tetapi zaman ini tereliminasi, dan tergambarkan saat ini sebagai Abad Kegelapan.
Seminar ini dimoderatori oleh Bapak Ahmad Jaelani. Beliau menjelaskan bahwa Islam dan Sains memerlukan penghubung, agar keduanya dapat berjalan bersamaan.
Berikut merupakan sedikit kutipan dari penjelasan Dr. U. Maman, Kh, M.Si:
"Sains dan agama harus saling menyatu, bukan hanya saling mendekati atau mendekati pada batas tertentu"
"Berdasarkan filsafat barat, agama hanya berada di bidang etika"
"Kita diwarisi oleh filsafat barat bahwa kebenaran hanya berdasarkan fakta empiris"
"Ilmuan muslim justru menganggap fakta empiris yang dapat terindra merupakan kebenaran terendah. Fakta empiris ini digunakan sebagai bagian dari proses untuk memahami fakta-fakta ghaib"
Hubungan antara Sains dan Islam menurut Prof. Dr. Fahmi Amhar (peneliti Bakosurtanal LIPI Bogor dan dosen pascasarjana Universitas Paramadina) berdasarkan buku Dr. U. Maman, Kh, M.Si ada 5, antara lain:
1. Sains Ta'wili
Dalam hubungan ini, dalam keilmuannya, Islam sama sekali tidak menggunakan fakta empiris.
2. Islamisasi Sains
Dalam hubungan ini, dari ilmu sains yang sudah ada, kemudian dicari sisi ke-Islamannya. Contohnya yaitu seperti yang dilakukan oleh Harun Yahya. Terdapat kritik pada hubungan ini yaitu Islam tidak memiliki karya sains yang baru, hanya menulusuri berdasarkan sains yang sudah ada.
3. Saintifikasi Islam
Pada hubungan ini, nilai-nilai Islam yang sudah ada, dicari sisi sains-nya. Hal ini seperti yang dilakukan oleh Prof. Dadang Hawari yang merupakan psikolog. Misalnya beliau menguji apakah salat tahajud memiliki pengaruh terhadap kesehatan tubuh dan jiwa manusia.
4. Sains Islam
Pada hubungan ini, sains yang dilakukan oleh ilmuan Islam, berdasarkan pada kebutuhan atau permasalahan secara syar'i. Misalnya untuk menjawab, air dengan karakteristik apa yang dapat digunakan wudhu. Kemudian adanya perintah di dalam Al Quran untuk meneliti. Misalnya meneliti tentang obat habattussauda atau madu. Dan kesemuanya harus sesuai dengan syar'i, sehingga memiliki batasan tertentu yang ditentukan Allah.
5. Sains Ijtihadi


0 komentar
Posting Komentar