Diberdayakan oleh Blogger.

Labels

Rabu, 14 Agustus 2013

Ngaruag


Baru ngedenger lagi istilah ini tadi pagi :)
Ngaruag itu istilah Basa Sunda, yang kalau dalam Bahasa Indonesia artinya membongkar. Biasanya istilah ini dipakai kalau ada rumah yang mau dibangun ulang, sehingga perlu untuk dibongkar secara keseluruhan. Alasannya, mungkin karena struktur rumah yang lama tidak cukup memungkinkan untuk digunakan kembali saat akan direnovasi. Terutama struktur dari fondasi.

Contohnya, jika ada satu rumah tua, yang memang pada saat dibangun diperuntukkan untuk satu lantai, sehingga pembuatan fondasi rumah disesuaikan hanya untuk rumah satu lantai. Nah, kalau sang pemiliki rumah ingin merenovasinya, dan ingin menambah jumlah lantai rumahnya, maka rumah perlu dibongkar, untuk membuat fondasi yang lebih kuat.

Hal yang menarik adalah proses pembongkaran rumah tersebut. Biasanya kalau di negara maju, pembongkaran bangunan dilakukan dengan alat berat, sehingga cukup dikerjakan oleh satu orang driver alat berat untuk meratakan bangunan tersebut. Di kampung saya, yang notebene-nya berada di negara yang sedang berkembang, tidak menggunakan alat berat. Disini kami mengandalkan alat sederhana dan prinsip gotong-royong.

Pertama, dilepaskan satu-persatu genting dari atapnya, dan ini dilakukan secara estafet, jika dilihat dari kejauhan seperti semut yang sedang bekerjasama. Lalu dilanjutkan dengan pembongkaran rangka atap yang terbuat dari kayu. Hal yang juga cukup menarik, proses pekerjaan ini diselingi dengan acara makan bersama, yang makanannya disediakan oleh pemilik rumah dan dibantu oleh tetangga dalam memasaknya.

Beda daerah, beda adat-istiadat, tentu beda kebiasaan. Jika dari segi efektivitas kerja, tentu saja metode yang digunakan di negara maju sangat baik dibandingkan dengan metode konvensional di kampung saya. Tapi ada hal yang sangat saya syukuri dari cara tradisional ini, yaitu silaturrahim yang selalu terjaga. Karena yang mengerjakan tidak hanya pekerja yang dibayar, tapi tetangga yang tidak dibayar pun ikut membantu. Bahkan ada tetangga saya yang berprofesi sebagai driver ojek motor, merelakan penghasilannya hari itu untuk tidak bekerja demi ikut membantu kegiatan ini.

Satu hal yang bisa kita tarik dari kegiatan ini. Di saat sistem kapitalisme berkembang yang hanya mementingkan keuntungan materi, dan praktik-praktik korupsi yang diperlihatkan oleh oknum pejabat yang haus kekayaan, ternyata masih ada hati-hati tulus yang ikhlas membantu sesama tanpa mengharap balasan dunia.

0 komentar

Posting Komentar