Diberdayakan oleh Blogger.

Labels

Selasa, 13 Agustus 2013

Time is Ibadah


بِسۡمِ اللهِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِيۡمِ

وَالۡعَصۡرِۙ‏ ﴿۱﴾  اِنَّ الۡاِنۡسَانَ لَفِىۡ خُسۡرٍۙ‏ ﴿۲﴾  اِلَّا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوۡا بِالۡحَقِّ   ۙ وَتَوَاصَوۡا بِالصَّبۡرِ ﴿۳﴾



Demi masa (1) Sungguh, manusia berada dalam kerugian, (2) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran, dan saling menasihati untuk kesabaran. (3) (QS Al-'Ashr: 1-3)

Al-'Ashr berarti masa (waktu-pen) yang di dalamnya berbagai aktivitas anak cucu Adam berlangsung, baik dalam wujud kebaikan maupun keburukan. Allah Ta'ala telah bersumpah dengan masa tersebut bahwa manusia itu dalam kerugian, yakni benar-benar merugi dan binasa. Allah memberikan pengecualian dari kerugian itu bagi orang-orang yang beriman dengan hati mereka dan mengerjakan amal shalih melalui anggota tubuhnya (Tafsir ibnu Katsir Juz 30).

Surat di atas menunjukkan bahwa Islam memiliki konsep tersendiri mengenai "waktu". Bila di barat ada pepatah "Time is Money", yaitu waktu adalah uang, maka manusia akan selalu termotivasi mengisi waktunya dengan kegiatan yang dapat menambah pundi-pundinya dengan uang. Namun, Islam memiliki konsep "Time is Ibadah", yang berarti manusia dalam hidupnya harus sebanyak mungkin mengisi waktunya dengan ibadah.

"Lah, kalau ibadah terus, kapan dong bisa kerjanya? Kan untuk hidup manusia membutuhkan uang?"

Yap, betul, Allah memang melarang kita hanya fokus untuk urusan akhirat dan melupakan urusan dunia. Hal ini terkandung dalam ayat berikut:

وَابۡتَغِ فِيۡمَاۤ اٰتٰٮكَ اللّٰهُ الدَّارَ الۡاٰخِرَةَ‌ وَلَا تَنۡسَ نَصِيۡبَكَ مِنَ الدُّنۡيَا‌ وَاَحۡسِنۡ كَمَاۤ اَحۡسَنَ اللّٰهُ اِلَيۡكَ‌ وَلَا تَبۡغِ الۡـفَسَادَ فِى الۡاَرۡضِ‌ؕ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الۡمُفۡسِدِيۡنَ‏ ﴿۷۷
"Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan." (QS Al-Qasas: 77)

Namun bukan berarti, kita diperbolehkan bermegah-megah dalam kehidupan dunia, sehingga membuat kita sombong atas keberhasilan dan nikmat dunia yang kita capai. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Qurthubi dalam Al Jaami’ li Ahkamil Qur’an (7: 199), “Hendaklah seseorang menggunakan nikmat dunia yang Allah berikan untuk menggapai kehidupan akhirat yaitu surga. Karena seorang mukmin hendaklah memanfaatkan dunianya untuk hal yang bermanfaat bagi akhiratnya. Jadi ia bukan mencari dunia dalam rangka sombong dan angkuh.” (rumahsyo.com)

Niatkanlah urusan dan nikmat dunia untuk mencapai kebahagiaan di akhirat, yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Sehingga perbuatan kita bisa dicatat sebagai amal kebaikan. Misalnya saja meniatkan bekerja untuk menjalankan perintah Allah menafkahi keluarga, meniatkan makan untuk memberi hak badan dan agar kuat dalam menjalankan aktivitas ibadah lain, meniatkan mandi agar bersih saat melakukan ibadah kepada Allah.

Dengan begitu, waktu kita yang 24 jam sehari mudah-mudahan selalu diisi dengan ibadah sebanyak-banyaknya kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Jadi, mari kita sama-sama meluruskan niat untuk mendapat ridha Allah dalam setiap amalan yang kita lakukan.

Wallahu a'lam bish-shawabi.

0 komentar

Posting Komentar